Rabu
2013-11-26
Kisah
Drupadi dan Pandawa Lima Yang Berkonflik Dengan Kurawa
“Jangan
Lecehkan Kehormatan wanita”
Selama ini aku kurang begitu tertarik dengan dunia
pewayangan, pengetahuanku akan wayang juga mungkin masih sangat dangkal. Wayang
seakan sudah berakar di Indonesia, seakan orangtua tau tentang cerita-cerita
wayang. Sebut saja Mbah Kakungku dan Bapakku yang sesekali mendengarkan
kisah-kisah wayang diwaktu luangnya melalui tape atau radio dengan Bahasa Jawa
yang justru kadang aku tak mengerti apa yang disampaikan dalang. Lebih baik
membaca novel dari pada mengerti setengah-setengah kataku. Bebarapa terakhir
ini ada beberapa novel ringan yang aku lahap untuk mengusir kepenatanku
termasuk novel kisah Drupadi ini karya Adrian Kresna.
Aku dapatkan novel kisah Drupadi yang dilecehkan
kehormatannya oleh para kurawa. Seperti dalam kisah Mahabrata, Drupadi
merupakan perempuan yang menjadi korban atas kalahnya suaminya Yudistira dalam
bermain dadu. Bukan Yudistira yang mempertaruhkan Drupadi namun Yudistira
menerima tantangan dari Duryudana sepupunya demi kerajaan Astina.
Mungkin ketidakpahamanku akan sastra membuat novel ini
terasa datar meskipun sedikit datar aku tetap menyelesaiakan novel ini. Kisah
tentang satria yang melunasi janji-janjinya atas kekalahannya dalam permainan
judi. Begitulah satria tetap berpegang teguh dengan janji walaupun dalam permainan judi sekalipun. Meskipun ada beberapa yang
membuat aku tidak sepaham dengan kesimpulannya. Dapat disimpulkan dalam kisah
ini seorang perempuan yang mulia adalah perempuan yang menerima perbuatan
apapun dari suaminya, bahkan saat dirinya menjadi budak taruhan dimeja judi.
Tentulah satria pun bisa salah dalam mengambil keputusan untuk ikut bermain
judi walaupun dalam permainan judi Yudistira banyak dipengaruhi oleh Patih
Sengkuni yang licik. serta adanya tantangan dari Duryudana, menyerahkan negara Astina kepada kurawa jika
permainan judi pandawa kalah. untuk mempertahankan negara Astina dari tangan
Kurawa, yudistira menyangupi permainan judi itu.
Peristiwa itu bermula saat Drupadi bersama para Pandawa (Yudistira,
Bima, Arjuna, nakula dan Sadewa) menghadiri pesta syukuran para Kurawa di
sebuah tempat wilayah Astina. Pesta yang sungguh memabukkan yang membuat para
pandawa menjadi lengah atas muslihat Patih Sengkuni yang mendorong mereka untuk ikut serta dalam
permainan judi. Sebuah permainan lelaki yang awalnya hanya selingan dan hiburan
dalam pesta, tetapi akhirnya justru berlannjut menegangkan dengan
mempertaruhkan negara Amarta dan Astina bagi siapa saja yang menang.
Negara Amarta sebagai hadiah perkawinan Drupadi dan
Yudistira harus jatuh ke tangan para Kurawa karena Pandawa kalah dalam
permainan judi itu. Bahkan Yudistira yang telah mabuk oleh minuman keras yang
terus menerus disuguhkan kepadanya, dengan penuh emosi, merelakan diri dan
semua miliknya diperrtaruhkan di meja judi malam itu. Minuman keras yang
disuguhkan meracuni akal sehatnya bahkan nasihat baik pamannya Yamawidura tak
dihiraukanya. Dia yang terkenal lembut dan santun telah kehilangan jati
dirinya.
Selama tiga kali Yudistira kalah dalam permainan judi,
sebagai hukumannya para Pandawa dan Drupadi terusir dari negaranya untuk
menjalani hidup sebagai pengembara tanpa tujuan selama dua belas tahun tahun dan satu tahun
penyamaran, yang tak ada seorangpun boleh mengetahui keberadaannya, jika masa
hukuman dan penyamaran tersebut diketahui maka hukuman akan diulangi kembali
dari awal. Selama 11 tahun mereka hidup di Rimba Kamiaka tanpa diketahui oleh kurawa.
Drupadi pun ikut dilecehkan karena dianggap telah menjadi
hak para kuarawa atas kemenangannya. Duryudana dan Dursasana tertawa
terbahak-bahak dan nyaris tak bisa berfikir waras. Kehormatan Drupadi
dilecehkan oleh para kurawa didepan banyak orang. Tak ada yang sanggup
menolongnya. Rambutnya yang rapi
layaknya istri bangsawan dijambak hingga sangul terlepas, serta
paiakannya berusaha disingkapkan oleh Duryudana dan Dursasana didepan banyak
orang.
kejadian yang memilukan untuk Drupadi membuatnya
mengucapkan sumpah mengeriakan atas perlakuan keji yang dilakukan para kurawa.
Sumpahnya ia tak akan mengelung rambutnya kembali sebelum dikeramasi oleh darah
Dursasana yang telah melecehkannya.
Maka setelah masa hukuman yang dijalani Drupadi dan para
Pandawa selesai terjadi perperangan antara pihak kurawa dan pandawa.
Perperangan yang ingin membalaskan dendam atas pelecahan yang dilakukan para
kurawa kepada Drupadi dan untuk merebutkan negara Astina dari para Kurawa yang
seharusnya menjadi hak para Pandawa. Perperangan akhirnya dimenangkan oleh
pandawa dengan kematian patih Sengkuni dan Duryundana.
Bimalah yang paling kuat diantara kelima Pandawa. Patih
sengkuni dan Dursasana pun terbunuh ditangannya. Setelah Bima berhasil membunuh
Dursasana maka segeralah Bima menadahi darah yang keluar dari tubuh penjahat
itu untuk diberikan kepada Drupadi untuk mengeramasi rambutnya yang selama
bertahun-tahun tak disangul dibiarkan terurai sebelum dikeramasi dengan darah
Dursasana sebagai sumpah atas dendamnya kepada Dursasana yang paling
melecehkannya.
Dampak peperangan tentulah jatuhnya korban diantara kedua
belah pihak. Pengorbanan untuk menegakkan kehormatan seorang wanita yang
dilecehkan oleh para kurawa sepupu pandawa. Tentulah pandawa yang unggul mampu
mengalahkan para kurawa yang seratus itu. Kejahatan yang dilakukan kurawa
membuat pandawa harus bertindak untuk menumpas kejahatan, kejahatan bila
dibiarkan akan semakin melebar melahap apa saja yang diinginkan.