Selasa, 18 Februari 2014

Abu Untuk SebagianYang Lain




Abu-abu, kelabu ditangal 14 Februari 2014. Setidaknya itu yang bisa aku gambarkan ketika bangun tidur yang penuh abu. Tak seperti pagi biasanya. Meletusnya gunung kelud Jawa Timur tak disangka efek abunya sampai hlaman rumah. Bukan pertama kalinya juga sih ngerasain hujan abu yang membawa debu berterbangan dimana-mana, sampai makanpun berebut dengan debu dipiring, tapi yang namanya makan tetep aja dilahap, debu pun ikut menambah nikmat cita rasa.

Orang di desa sekitar  mendadak rajin mencuci rumah, tak terkecuali aku yang tiba-tiba rajin ngepel dengan ketidakyamanan karna debu.  Orang pertama yang kurang menyukai debu dirumah itu aku, tetapi nampaknya aku harus bersahabat dengan debu kali ini.

Pegawai dan anak-anak sekolah yang mendadak diliburkan, transportasi  tiba-tiba mogok dan sebagian yang lain rela merogoh kocek lebih untuk menyewa taxi, warung sekitar juga terlihat tak seperti biasanya di tutup rapet dengan dalih takut debu, kecuali peternak kambing dan sapi yang semangatnya tak lekang mencari rumput untuk ternaknya.

Walaupun ada segelintir orang yang diuntungkan dengan ujan abu, mereka para penjual masker mendadak di jalan raya. Semangatnya pun tak kalah dengan derasnya abu yang turun. Jikalau dapat memilih pastilah mereka juga lebih ingin berdiam diri didalam rumah menghindari debu di jalan yang membuat pedih mata, tak ada alasan lain kecuali demi sesuap nasi untuk mereka. Setidaknya itu salah satu hal kecil yang aku perhatikan saat melewati jalan kota magelang. Walaupun lebih banyak mereka yang mengeluh karna terkena dampak abu gunung kelud. Setidaknya dalam setiap kejadian ada sebagian yang merasa diuntungkan, mungkin inilah salah satu Tuhan menurunkan nikmat rizki untuk sebagian yang lain sekaligus sebagai tanda pengingat untuk umatnya.

Kadang aku bertanya setelah gunung merapi, sinabung kemudian kelud, yang sebelumnya banjir melanda sebagian daerah, ada apa dengan alam ini? Adakah yang salah dengan penghuninya? Ataukah ini cara Tuhan untuk mengurangi jumlah penduduk Indonesia yang over load? Entahlah.... tapi yang jelas musibah ini mengingatkan betapa tak berdayanya manusia.