Rabu, 19 November 2014

Coretan Harian



Bosan dengan rutinitas! Saat ini pula aku mulai terpikir dengan mereka yang berkomitmen setulus hati dengan ikhlas menjalankan rutinitas tanpa rasa mengeluh, bahkan mereka menjalankan rutinitas kesehariaanya dengan biasa saja, mereka adalah Ibu Rumah Tangga. Pernahkah membayangkan anda sebagai ibu rumah tangga, atau hanya sekedar mengantikan perannya sementara? IRT profesi yang oleh sebagian orang dianggap remeh, remeh karena hanya dirumah bergelut dengan kasur, sumur dan dapur. Tapi pernahkah anda mencoba bertukar posisi dengan para IRT itu? Karena belum pernah mencoba makanya sebagian orang mermehkan tugas IRT. Jika anda belum pernah bertukar posisi dengan mereka, jangan pernah remehkan mereka! Bagi saya peran IRT adalah sebuah profesi yang hebat! Sungguh hebat!.
Rutinitas IRT memang sunguh membosankan, rutinitas mereka beberapa tahun hanya seperti itu, mulai bangun pagi sampai tidur kembali sama dengan hari-hari yang dilaluinya. Tetapi mereka tak mengeluh dengan komitmen itu! Luar biasa bukan! Kerena mereka sudah berkomitmen berbagi peran dengan suaminya. Suaminya yang lebih mempercayakan tugas domestik rumah tangga dipegang partnernya, yaitu istrinya.
Para Ibu Rumah Tangga patut mendapat pujian.
Ada juga suami yang mengharuskan istrinya untuk ikut bekerja diluar. Ingat semua itu adalah pilihan dan komitmen bersama!. Pernyataan ini mengingatkan saya pada obrolan antara saya dan teman diteras depan rumah setahun lalu. Teman saya ini bernama Ali, Ali adalah seorang yang sangat produktif terhadap waktu waktunya, dia seorang yang mudah menyesal jika waktunya dibiarkan kosong tanpa manfaat, dia mendambakan jika punya istri kelak, istrinya bisa berkarir di luar rumah seperti dirinya.  “Kenapa”? tanyaku, angapan teman saya ketika seorang istri hanya berprofesi sebagi ibu rumah tangga lama kelamaan pikirannya pikun dan tidak lagi produktif, karena hanya melakukan pekerjaan rutinitas. Dia juga menginginkan karir pasangannya kelak juga  dapat bersanding dengan karirnya. Dan Ali pun sekarang sudah menikah dengan teman seprofesinya.
Sementara itu ada juga suami yang tak memperbolehkan partnernya untuk ikut terlibat dalam mencari nafkah. Mungkin itu adalah caranya untuk menghormati istrinya. Kodrat seorang perempuan memang tak dapat dipisahkan dari relalitas sosial. Atas dasar kodrati itulah ada sebaian yang lebih meminta istrinya untuk dirumah. Jika istri dirumah juga bukan berarti istri lebih rendah dari pada suami. Suami dan istri keduanya adalah mitra, bagaimanapun dasar kokohnya rumah tangga tergantung dari keduanya. Komitmen keduanya menimbulkan konsekwensi tangungjawab dan peran masing-masing. Peran keduanya dijalankan untuk mendukung satu sama lain, untuk menjaga keseimbangan. 
Terkadang pilihan hidup seseorang diambil karena pengaruh dengan latar belakang keluarga atau sosialnya. 

Berbeda dengan teman ku yang bernama Ari, dia juga teman kuliahku, Ali dan Ari sama-sama teman kuliahku. Kami bertiga lumayan sering untuk sekedar bercakap-cakap untuk sesuatu hal yang muungkin diangap orang lain tak perlu. Ari si penurut, apapun perkataan dan permintaan ibunya dia tak bisa membantahnya, sangat penurut, termasuk kriteria calon istri, pun ibunya yang menetapkan kriterianya, wlaupun dia juga punya patokan sendiri sebenarnya. Ari  4 tahun lebih tua dari aku. Dia percaya bahwa ibunya ikut menentukan calonnya nanti karena hanya ingin yang terbaik untuknya. “setiap orang berhak hidup dengan pilihan pilihannya” jawabku!. Ari sebenarnya sudah ingin menikah, tapi aku gak pernah tau, kenapa setiap wanita yang disodorkan ke dia selalu tak pernah direspon sunguh-sungguh, mungkin Ari minder karena belum mendapatkan pekerjaan mapan untuk calon istrinya. Bahkan Ari pernah bercerita kalau dirinya menahan hasrat untuk tidak memiliki cewek sebelum mendapat kerja yang sekiranya mapan menurutnya, terlalu jujur mungkin dia hahaha.

Mereka adalah teman-temanku yang cukup terbuka denganku, yang tak bisa mereka ceritakan dengan orang lain mungkin mereka bisa ceritakan denganku.
Yang menjadi pegangan bersama adalah semua adalah pilihan dan komitmen bersama!.
Teman-teman kuliahku memang didominasi kaum adam, jadi tak heranlah jika Ali dan Ari kadang menceritakan masalah kegundahannya, wlaupun kadang aku juga hanya bisa menjadi pendengar yang baik, tanpa komentar, karena aku masih jomblo juga gaess....
Umar dalam bukunya yang berjudul Argumen Kesetaraan Gender mengatakan, Islam mewajibkan laki-laki sebagai suami untuk memenuhi kebutuhan isteri dan anak-anaknya. Tetapi ini bukan berarti perempuan sebagai isteri tidak berkewajiban – secara moral – membantu suaminya mencari nafkah. Atas dasar keistimewaan kodrati masing-masing pula, maka perempuan diberi tangungjawab untuk mendidik anak-anaknya, tetapi perlu digaris bawahi juga mendidik anak bukan tugas ibu semata, tetapi juga ayah.
Perempuan memang punya kodrat yang tak akan pernah bisa dipisahkan seperti menstruasi, mengandung, melahirkan, menyusui. Kodrat perempuan ini adalah fitrah. Dengan kodrat inilah kadang seorang perempuan diangap lemah yang harus mendapat perlindungan dari lawan jenisnya.
Dalam islam memang tidak merinci pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan. Islam hanya menetapkan tugas-tugas pokok masing-masing berdasarkan kesejajaran dan partnersip atau kemitraan atas dasar musyawarah dan toloong menolong. Ketiadaan pembagian kerja yang rinci dalam islam mengharuskan setiap pasangan untuk menyesuaikan diri untuk masing-masing kondisi keluarga. Tidaklah aib atau terlarang dalam pandangan islam jika perempuan melakukan pekerjaan mencari nafkah, dan tidaklah aib pula jika lelaki membantu istrinya dalam urusan rumah tangga.
Islam mengajarkan prinsip kesetaraan dan keadilan sosial, antara lain persamaan kedudukan laki-laki dan perempuan sebagai hamba Alloh. Laki-laki dan perempuan diciptakan dari bahan yang sama (Qs An-Nisa ayat 1). Memiliki hak yang sama untuk berbuat kebaikan (Al-Imran ayat 195). Tuhan menganugerahkan keistimewaan keistimewaan (potensi prestasi) yang sama pada laki-laki dan perempuan (An-Nisa ayat 32). Tuhan juga akan mengapresiasikan baik laik-laki maupun perempuan atas amal baiknya itu (Al Baqoroh ayat 159). Manusia laki-laki maupun perempuan memiliki derajat hamba yang sama dihadapan Tuhan (Al ‘Ariyat ayat 56).  
Apapun itu pilihannya, yang paling baik adalah komitmen bersama. semua punya peran dan tangungjawab masing masing.

ini hanya sebatas coretan harian saja.

Senin, 27 Oktober 2014

Bagian!.

Aku salah satu bagian populasi manusia lainnya. Aku makhluk sosial yang tak bisa hidup sendiri tanpa manusia lainnya. Walaupun terkadang ada kalanya individu ini membutuhka ruang yang lebih besar untuk dirinya sendiri tanpa kehadiran orang lain, tapi percayalah ruang itu tak benar benar untuk dirinya sendiri, hanya saja dirinya butuh bercengkrama dengan Tuhan. Kosong itu tak benar benar kosong, kekosongan itu jika dalam diri tak ada Tuhan.
Setiap pribadi itu unik, mereka punya cara masing masing untuk mengendalikan dirinya sendiri. Setiap mereka punya batasan supaya ambisinya tak terjun bebas menembus batas. Batasan dalam diri seseorang juga berbeda, satu tak sama dengan dua, tiga, begitu seterusnya, yang menandakan kehidupan ini beragam karena ada karakter yang beragam, yang menyamakan bawasannya kita makhluk sosial.
Kawan dan sahabat layaknya rumah sosial kita, setiap hari kita bercengkara dengan mereka, membutuhkan bantuan mereka, atau sekedar bertukar pikir dengan mereka. Keberadaannya tanpa kita sadari amatlah penting. Bahkan ada sebagian dari mereka bisa lebih terbuka dengan sahabatnya dibanding dengan keluarganya. Dengan sahabat teradang tak membatasi ekspresi. kalau isitilahnya kedekatannya meleburkan batas, istilah ungah-unguh mungkin sudah diabaikan, keterbukaan mereka sudah melebar. keterbukaan yang telah merekatkan. Namun ada sebagian yg engan dengan keterbukaan dan kejujuran, walaupun kadang engannya mereka hanya disebabkan karena dugaan dugaan mereka saja, dugaan yang muncul karena ketakutan yang belum tentu benar. Kedekatan akan ada jika hanya ada kejujuran dan keterbukaan. Layaknya seperti sahabat, bisa disebut sahabat karena mereka bisa terbuka satu sama lain.

Rabu, 01 Oktober 2014

Bincangan 10 menit

Jika susah menulis maka membacalah, karena menulis adalah obat lupa yang sebenarnya.Terkadang aku merasa egois terhadap diriku sendiri. Aku egois yang terkadang  sok sibuk dengan urusan-urusanku sendiri sampai lupa meluangkan waktu untuk membaca. Ada saja alasan, yang malaslah, capeklah dan sebagainya. Malas itu sudah membuktikan ketidaktarikanku terhadap bacaan. Aku sadar, aku masih sangat jauh dari pengetahuan, aku butuh ilmu dalam menghadapi segala urusan. Memang benar ilmu tidak hanya didapat dari buku saja, tegapi ada ilmu dan pengetahuan yang benar benar hidup. Ilmu hidup menurutku adalah ilmu hasil dari interaksi dan kehidupan sosial.
Ternyata banyak hal keseharian yang kadang perlu kita ambil hikmahnya, entah kejadian yang kita alami sendiri atau yang dialami orang lain, dan kita belajar dari orang lain. Hanya saja terkadang kita kurang "ngeh" dan terlalu acuh dengan apa yang terjadi jika sesiatu hal tersebut tidak ada kaitannya dengan diri kita sendiri. Acuh tak acuh melumpuhkan kepeduliaan dan kepekaan terhadap situasi. Gengsi pun terkadang menyelinap menutupi kepedulian.
Tuhan mempunyai rencana untuk kita masing-masing, Aku bertemu kamu, dia, mereka juga bukan tanpa rencanaNya. Beberapa hari yang lalu aku bertemu saudaraku secara tidaknsengaja, kita juga sangat jarang malah hampir tidak pernah berbincang ataupun sekedar mengirim pesan melalui ponsel. penampilannya yang lugu dan rendah hati membuat sosoknya dikenal baik, sikap jujurnya membuat semua orang mudah percaya. Hampir semua impian saudaraku dengan usaha dan doanya mudah diraihnya. kiatnya bekerja ikhlas, kerja cerdas begitu katanya. Doa alfatikhah pun menjadi andalannya, mungkin karena lugu dan rendah hatinya, dan Kepercayaannya terhadap Sang Pencipta membuat doa-doanya mulus naik ke atas langit. Mungkin benar apa kata Ustad sewaktu kultum kemarin, berdoa itu berharap, bekerja juga layaknya berdoa, bekerja juga ibadah, maka bekerjalah dan berdoa sebaik baiknya. Tuhan itu sesuai dengan prasangka kita, maka berprasangkalah yang baik, segala sesuatu Mudah Bagi Tuhanku.
Apa itu ikhlas? kalau kata temanku zizi ikhlas itu abstrak, mungkin maksudnya karena tak ada patokan mengenai teori tentang ikhlas. Ada yang bilang ikhlas itu menerima, ikhlas itu ketika kamu sudah lupa terhadap kejadian yg menimpamu dan bla bla bla. Kalau menurutku ikhlas itu hati, hatilah yang dapat mengelola segala sesuatunya.hehe
Ikhlas dan sabar keduanya selalu berjalan seiring. Sabar dan ikhlas itu ilmu tinggi, belajarnya tiap hari, ujiannya juga tiap hari buat dapat gelar sabar dan ikhlas. Well, bagi saudaraku itu segala sesuatunya tidak pernah diangapnya berat, asalkan ikhlas semuanya mudah, itu mungkin pedomannya. Dia lebih bijaksana dalam memandang dan menjalani hidup ternyata.
Sabar dan ikhlas terkadang memang pahit tetapi hasilnya insyaAllah akan lebih manis dari pada madu.

sambil berajak pergi, saudarku tiba-tiba melontarkan pertanyaan "kapan lo nikah?" kali ini aku yang harus ngelus dada, sambil nelen ludah dan teriak sabaarrr.... spontan dia cekikikan 'muka tanpa dosa' sambil melambaikan tangan dan pamitan.
Satu pertanyaan itu mungkin ujian buat kaum jomblo, apalagi yang tingal didesa yang masih menjunjung tinggi cultural dan adat ketimuran. So, jangan terlalu dipikir, Allah itu lebih tau yang kita butuhkan, Percaya saja sama Allah Tuhanku, insyaAllah.

Selasa, 30 September 2014

Entah!

Ingatlah kisah Siti Hajar yang tengah berlari dari bukit sofa ke bukit marwah sampai 7 kali putaran untuk mencari air untuk putranya Ismail. setelah sampai 7 kali putaran berlari, Siti Hajar yang tengah lelah menghampiri putranya Ismail yang saat itu masih bayi, kemudian Ismail menghentak hentakkan tumit kakinya ke tanah lalu keluarlah mata air dari hentakkan tumit kakinya, yang sekarang dikenal dengan mata air zam zam. Maha Suci Allah yang telah menganugerahkan mukjizat itu kepada Ismail. Maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?
Banyak sekali kisah yang diambil dari kisah Siti Hajar. Diantaranya adalah keikhlasan dan kesabaran. lihatlah Siti Hajar yang tak lelah dan tak mengeluh berlari bolak balik demi mencari air untuk putranya yang tengah kehausan. siapa yang berusaha dengan niat, sabar dan ikhlas maka Allah akan memberi kemudahan. Barang siapa yang tengah dikabulkan keinginannya maka ucaplah alhamdulillah, Allahu Akbar, Allah Maha Besar dan Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Tuhan, hamba tak ingin menjadi hambamu yg kufur nikmat. hamba ingat doa-doa yang selalu hamba panjatkan KepadaMu, Engkau Maha Mendengar Tuhan, Engkau pula Maha Mengetahui yang tidak hamba ketahui, maka berilah pengetahuan atas segala sesuatu yang tidak hamba ketahui.
Trimakasih Tuhan, Engkau telah kabulkan doaku, layaknya seorang hamba adalah patuh terhadap perintah TuhanNya. Namun, maafkanlah hamba atas ketidakyakinan hamba, sungguh hamba sangat takut terhadapMu, jauhkanlah hamba dari hukumanMu dan berilah ampunanMu Tuhan. Maka berilah pengetahuan atas kebodohan hamba.
Aku tahu, keragu raguan munculnya dari syaitan, maka hamba mohon berilah perlindunganMu dimanapun hamba berada, hamba mohon petunjukMu, Engkaulah sebaik-baik petunjuk.

Bimbing hamba Tuhan

Jumat, 26 September 2014

Goresan Segumpal Darah.

Hai hati apa sebenarnya yang kau risaukan? Andai kau yakin dengan ketentuanNya, risaumu itu tak berarti apa apa. Tuhan itu lebih dekat dari pada urat nadimu, maka pastinya Tuhan yang lebih tau tentang keadaanmu. Rencana Tuhan adalah yang paling indah, jadi bersabarlah wahai hati, tak ada rencana Tuhan yang sia sia.
kata Bapak, dalam hidup yang paling susah adalah menata hati. ketidakstabilan amarah seseorang juga ditentukan dari hatinya. hati mencerminkan siapa kita. tingkahlaku dan pikiran kita dicerminkan dari hati, hati adalah segumpal darah.
segumpal darah karunia Ilahi, tak bisa dilihat namun bisa dirasakan. hati seperti rumah bagi jiwa dan ruh dalam diri. karena pada akhirnya bisikan hatilah yang selalu diikuti. suara hati juga suara yang paling jujur, percakapan yang tak pernah dibumbui dengan dusta adalah bercakap dengan hati.
layaknya rumah, hatipun juga perlu dirawat. merawat hati dengan selalu mengingat Allah dimanapun, kapanpun. Dekatkan hatimu denganNya, Libatkan Allah dalam segala urusanmu, dan itu lebih baik bukan? Ingat wahai hati, apapun yang terjadi itu adalah kehendakNya, dan sesuai izinNya. Jadi untuk apa kau risau, Bismillah wahai hati, InsyaAllah Tuhan akan memudahkan semua urusanmu.

Rabu, 16 April 2014

Ngelmu "Sekolah Ibadah"



Ngelmu “Sekolah Ibadah” ?? 
 “sekolah ibadah” kalo kata temen-temenku ya, menikah! Kapan?
Ngelmu yuuk... biar gak salah ambil jurusan saat lanjut sekolah ibadah.
Kriteria seperti apa yang kamu inginkan? Pasti ada dong, apalagi untuk teman hidup.
Pernah Hasan bin Ali ditanya seseorang, katanya: “sesunguhnya saya mempunyai seorang anak gadis, dengan siapakah sebaiknya saya kawinkan menurut tuan?” Hasan menjawab “kawinkanlah dengan laki-laki yang bertakwa kepada Alloh, kalau laki-laki itu mencintai anakmu, ia akan memuliakan dan kalau tidak cinta pun takkan menganiaya dia” (Fiqih Wanita: 361).

Islam adalah agama yang memandang hidup ini secara keseluruhan, tidak terpisah-pisah, oleh karena itu islam menghendaki agar hubungan antara suami istri terjalin dengan kokoh. Seperti halnya  Islam tidak hanya mengajarkan Hablumminalloh (berhubungan dengan Allah SWT ), tetapi juga hablumminannas (berhubungan dengan manusia, karena bagaimanapun manusia tetap membutuhkan yang lainnya, perlu diingat manusia adalah makhluk sosial, tak bisa lepas dari yang lain).  Islam tidak hanya melihat seberapa rajin seseorang solat, tetapi juga bagaimana hubungan seseorang dengan sesamanya.

Telah bersabda Rosullullah saw. : Sesunguhnya orang perempuan itu dijadikan dari tulang rusuk, kamu tidak akan dapat meluruskannya dengan satu jalan. Maka jika kamu bersenang-senang dengan dia, sedang dia tetep bengkok. Dan jika engkau berusaha meluruskannya diapun patah...... dan jika kamu biarkan dia, diapun akan tetap bengkok, pimpinlah wanita itu dengan baik (tlaten ).  (HR Muslim: 1/ 625).

Keterangan:
Hadits diatas menerangkan sifat wanita itu bengkok seperti tulang rusuk yang harus diluruskan dengan perlahan-lahan supaya tidak patah. Kebengkokan wanita ini adalah menjurus kepada kemewahan dunia semata-mata. Ini terbukti dari perangai Hawa isteri Nabi Adam, istri Nabi Nuh dan Istri Nabi Luth. Jadi pendeknya, wanita sejak zaman dulu sampai zaman sekarang dan besok, dari antara mereka ada yang tetap bengkok dan bengkoknya dapat diluruskan sehingga menjadi ALMARATUSH SHOLIHAH (wanita yang soleh), seperti Hawa Isteri Nabi Adam. Subhanalloh.......  Dan ada juga yang sukar diluruskan sampai mati tetep seperti aslinya, yakni berkiblat kepada dunia yang pasti akan ditinggalkannya selama-lamanya. Ingat isteri Nabi Nuh dan Nabi Luth!!! Naudubilahimindzalik.

Kesimpulan:

  1. Hadits diatas merupakan sebuah pengingat untuk para Wanita itu sendiri agar menyadari pandangan hidup seperti yang Rosullulloh Saw terangkan dan berusaha melepas diri dari sifat kemewahan dunia. 
  2. Wanita dapat diluruskan pandangan hidupnya sedangkan kaum Adam/ laki-laki wajib melaksanakan pelaksanaan pesan Rosululloh Saw diatas, yaitu ISTAUSHUU BINNISA-I KHOIRON (kamu sekalian kaum pria wajib mengarahkan kepada para wanita ke arah kebaikan). 
  3. Wanita tidak berbeda dengan pria dalam hal dapat menjadi isi surga maupun neraka. Sebab Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan amal seseorang yang pria maupun wanita (QS. Ali Imran: 195; QS. Al Baqoroh: 25).


Jadi gak salah dong kalau kriterianya memilih yang bisa membimbing menuju RidhoNya, barokah dunia dan akhirat karena RidhoNya. Bersamanya hanya didunia tidaklah cukup. Hehe
Lalu bagaimana jika ada seorang pria tak yakin bisa membimbing wanita yang disukainya? Sedangkan wanita akan lebih memilih pria yang yakin bisa membimbingnya menuju RidhoNya. Permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan mengingat perintah Rosullullah Saw melalui hadits diatas sebagai pengingat untuk para Wanita itu sendiri agar menyadari pandangan hidup seperti yang Rosullulloh Saw terangkan dan berusaha melepas diri dari sifat kemewahan dunia. Dan Wanita dapat diluruskan pandangan hidupnya, sedangkan kaum Adam/ laki-laki wajib melaksanakan pesan Rosululloh Saw, yaitu ISTAUSHUU BINNISA-I KHOIRON (kamu sekalian kaum pria wajib mengarahkan kepada para wanita ke arah kebaikan). 
Mungin inilah inti dari berumah tangga saling bekerjasama menuju kebaikan bersama. Inti dari hidup ini adalah terus melakukan perbaikan. Tak ada menusia yang keseluruhan baik dan sempurna baiknya,  tetapi tetap ada kesempatan untuk menjadi lebih baik dan saling meningatkan satu sama lain untuk kebaikan bersama. Pada dasarnya wanita itu suka kalau ada yang perhatian mengingatkannya untuk menuju kepada hal yang lebih baik, wanita juga akan lebih memilih kepada pria yang yakin bisa membimbing  menuju RidhoNya. Tapi kalo si pria gak yakin bisa membimbing? Gimana si wanita bisa yakin terhadap si pria? Hehehe
Intinya adalah diantara keduanya harus saling memahami dan mengerti, jangan hanya ego sendiri yang dicari.
Kekurangan dan kelemahan manusia itu akan selalu ada, yang satu kurang dalam satu bidang tetapi yang satu punya kelebihan dalam bidang lain. Itulah namanya pelengkap, mengisi kekosongan.
Perlu adanya kesiapan dalam mengarungi rumah tangga terutama ilmu dan pengetahuan agama (tahu agama saja tidak cukup tetapi juga menjalankan perintah dan laranganNya, kalau sekedar menjalankan sendiri tanpa bisa mengarahkan dan membimbing, juga kurang lengkap), yah, itu tidak hanya berlaku untuk pria tetapi juga wanita, karena bagaimanapun pria dan wanita bisa bertukar peran, tidak hanya wanita saja yang “melulu” harus diarahkan, saat pria melakukan kesalahan, itu juga tugas wanita untuk menasehati.

Menurut Anshori Umar dalam Fiqih Wanita nikah atau perkawinan adalah sunatulloh pada hamba-hambaNya. Dengan perkawinan Allah SWT menghendaki agar mereke mengemudikan bahtera kehidupan.  
Kalau kata orang menikah itu ibarat mengemudikan kapal, yang satu ngedayung yang satu nunjukin arah, Berdua kan bisa gantian! Perahu yang akan membawa kisah tentang perjalanan hati, seperti layaknya hati yang selalu mengharap bahagia, hatiku pun seperti itu.....  kalau bahasanya sih “kadang ada kalanya bertukar peran” biar kapalnya sampai tujuan, gak salah arah apa lagi sampe nabrak batu karang, bisa-bisa tengelam itu kapal ditengah laut.
Kadang seorang pria juga tidak selamannya menjadi pengarah yang handal dalam sesuatu hal, dan wanita juga bukan seorang yang selalu ‘’bengkok’’ harus diarahkan oleh si pria. Diantara keduanya memang harus saling mengisi, yang satu lengah yang satu mengingatkan, posisi dan peran bisa bergantian berdua. Suatu saat nanti akan keluar ucapan ini “kan  sekarang udah berdua gak sendiri lagi”! xixixixi :D
Aamiin ya Robbalallamin

Senin, 07 April 2014

For Someone, Please read this!




Siapa yang dapat mengentikan atau sekedar membatasi imajiasi pikiran? Adakah? Bukankan dari imajinasi, pikiran kita bisa jauh melonglong ke alam rimba yang tak terduga.

 Janganlah menyesatkan diri ke alam pikiran yang terkotak-kotak, lihatlah tak selamanya apa yang ada dalam pikiranmu benar seutuhnya, jangan menyesatkan dirimu sendiri dengan pengetahuan yang terbatas. Lihatlah, lihatlah...... jangan batasi pandanganmu dengan sesuatu yang kaku, biarkan alam pikiranmu sedikit berkelana, bahwa dunia ini tak sekedar apa yang ada di benakmu.
Dengarlah apa yang mereka katakan, mendengar tak harus mengikuti apa yang mereka katakan, Dekatkanlah telingamu kepada mereka, biarkan telingamu terbiasa mendengar.Cernalah apa yang mereka katakan. Mencerna juga bukan berti langsung “act”, tetapi alangkah baiknya kau mengenal keberagaman.

Kau biarkan alam pikiranmu menjauhi yang tak seiring denganmu, kau hanya mau dengan mereka yang seiring denganmu, yang seiring denganmu juga belum tentu benar. Apa yang membuatmu menjauh dari yang lain? Karna kamu merasa kamu lebih benar dibanding yang lain.
Janganlah begitu..... siapa yang bisa menegurmu dengan alam pikiran kotak-kotakmu? Mereka yang searah denganmu atau justru mereka yang beda alam denganmu? Berteman dengan mereka yang berbeda bukan berti kamu harus seperti mereka, tapi kamu bisa melihat dunia ini bukan sekedar apa yang hidup dalam pikiranmu. Prinsipil bukan berarti kaku!.

Mengenal semua yang beraneka ragam juga bukan berarti tak punya batasan! Ukurlah talimu untuk sedikit bebas bergerak, jangan terlampau jauh kau mengulur tali sampai terjun bebas tak terkendali. Jika kau paham dirimu kau pasti bisa mengukur seberapa jauh kau harus mengulur talimu.



Kenal Diri Lewat Emosi



Kapan ya aku mulai menyukai sastra? Aku menyesal kenapa baru tertarik sastra, entah siapa pula yang mengenalkannya. 

Lewat sastra aku rasanya lebih tau bagaimana caraku untuk mengelola emosiku, lebih tau bagaimana mengungkapkan isi hati dan pikiranku walaupun tidak secara lisan tetapi lewat tulisan, walaupun tulisanku tak kusampaikan setidaknya bisa aku tuliskan, mengungkapkan dan bisa mengekspresikan lewat tulisan itu cukup menenangkan.....

Terserah mau dibilang melo atau gimana, tapi setiap orang punya caranya sendiri. 

Kenali dirimu maka kau akan tau bagaimana cara mengelola emosimu, itu salah satu yang aku sadari. Rasa sedih, senang, sedih, bahagia, kecewa, marah, menangis itu adalah bagian emosi-emosi jiwa. Semampu apa seseorang mengelola emosi-emosi jiwa ini, setinggi itu pula sikap mental yang dimiliki. 

Siapa sih yang belum pernah meresa kecewa? Apa kekecewaan harus dilapiasin? Kurang setuju juga sih kalo pelampiasan kecewa ditujukan kepada “siapa” bukan bagaimana cara mengatasi kekecewaan. Siapa yang mau jadi objek pelampiasan kekecewaan?.  Artinya, saya sendiri lebih setuju mengatasi kekecewaan dengan meningkatkan kualitas diri dibanding marah-marah, bersenang-senang sesaat yang dirasa juga sesaat. Walaupun saya masih dalam tahap berusaha untuk ramah terhadap emosi-emosi yang terkadang hinggap. 

Suatukali saya merasakan ada perbedaan positif yang berdampak lebih baik untuk diriku sendiri, ketika emosi-emosi itu hinggap aku berusaha diam dan melampiaskan dengan menbaca Ayat-AyatNya, atau sekedar membaca novelnya Ayu Utami, Dewi Lestari dsb, buku-buku nasihat diri seperti karya Ibnu Athoilah atau kadang membaca buku motivasi  atau sekedar menulis. Dengan cara itu  aku merasa pikiranku lebih tenang, kekesalanku cepat pudar dan aktifitasku bisa kembali normal. Energi-energi Ayat-Ayat Tuhanku seperti memberi kekuatan baru buat aku, begitu juga dengan nasihat lewat buku-buku itu. Dengan membaca atau menullis aku merasa ada “sesuatu yang baru itu ada” yang bisa aku dapat dan bermanfaat untuk diriku sendiri, walaupun yang aku dapat bukan sesuatu berwujud benda atau harta tetapi energi yang baru, yang dapat menguatkanku, dan menyadarkanku, bawasanya ada hal positif yang bisa aku lakukan tidak harus marah-marah. Dengan begitu emosiku terlampiaskan! Lega sudah..........  

Benar sekali dengn membaca dan menulis tentang apapun yang aku rasakan, roh ku yang kosong terasa kembali, benar sekali nasihat Beliau..... isi jiwa rohmu jangan hanya ragamu.
Rohku terkadang haus juga dengan hal-hal positif yang dapat meningkatkan kualitas diri. Dengan cara meningkatkan kualitas diri itulah pelampiasanku untuk mengelola emosi-emosi jiwa ini, ingin menjadi lebih baik lagi dan lagi. Hidup ini adalah pembelajaran dan terus belajar....  jangan menunggu menjadi baik baru memberi yang terbaik, karna hidup ini adalah tentang pembelajaran yang tak terhenti, ketika ada kesempatan memberi yang terbaik, berilah..... karena memberi slah satu usaha menjadi lebih baik. Manusia yang baik adalah yang bermanfaat untuk orang lain. :D
Jangan hanya ingin menjadi manusia yang slalu mendapat manfaat dari orang lain, jadilah manusia yang bermanfaat untuk orang lain.