Bosan dengan rutinitas! Saat ini pula aku mulai terpikir
dengan mereka yang berkomitmen setulus hati dengan ikhlas menjalankan rutinitas
tanpa rasa mengeluh, bahkan mereka menjalankan rutinitas kesehariaanya dengan
biasa saja, mereka adalah Ibu Rumah Tangga. Pernahkah membayangkan anda sebagai
ibu rumah tangga, atau hanya sekedar mengantikan perannya sementara? IRT
profesi yang oleh sebagian orang dianggap remeh, remeh karena hanya dirumah
bergelut dengan kasur, sumur dan dapur. Tapi pernahkah anda mencoba bertukar
posisi dengan para IRT itu? Karena belum pernah mencoba makanya sebagian orang
mermehkan tugas IRT. Jika anda belum pernah bertukar posisi dengan mereka,
jangan pernah remehkan mereka! Bagi saya peran IRT adalah sebuah profesi yang
hebat! Sungguh hebat!.
Rutinitas IRT memang sunguh membosankan, rutinitas mereka
beberapa tahun hanya seperti itu, mulai bangun pagi sampai tidur kembali sama
dengan hari-hari yang dilaluinya. Tetapi mereka tak mengeluh dengan komitmen
itu! Luar biasa bukan! Kerena mereka sudah berkomitmen berbagi peran dengan
suaminya. Suaminya yang lebih mempercayakan tugas domestik rumah tangga dipegang
partnernya, yaitu istrinya.
Para Ibu Rumah Tangga patut mendapat pujian.
Para Ibu Rumah Tangga patut mendapat pujian.
Ada juga suami yang mengharuskan istrinya untuk ikut bekerja
diluar. Ingat semua itu adalah pilihan dan komitmen bersama!. Pernyataan ini
mengingatkan saya pada obrolan antara saya dan teman diteras depan rumah
setahun lalu. Teman saya ini bernama Ali, Ali adalah seorang yang sangat
produktif terhadap waktu waktunya, dia seorang yang mudah menyesal jika
waktunya dibiarkan kosong tanpa manfaat, dia mendambakan jika punya istri
kelak, istrinya bisa berkarir di luar rumah seperti dirinya. “Kenapa”? tanyaku, angapan teman saya ketika
seorang istri hanya berprofesi sebagi ibu rumah tangga lama kelamaan pikirannya
pikun dan tidak lagi produktif, karena hanya melakukan pekerjaan rutinitas. Dia
juga menginginkan karir pasangannya kelak juga
dapat bersanding dengan karirnya. Dan Ali pun sekarang sudah menikah
dengan teman seprofesinya.
Sementara itu ada juga suami yang tak memperbolehkan partnernya
untuk ikut terlibat dalam mencari nafkah. Mungkin itu adalah caranya untuk
menghormati istrinya. Kodrat seorang perempuan memang tak dapat dipisahkan
dari relalitas sosial. Atas dasar kodrati itulah ada sebaian yang lebih meminta
istrinya untuk dirumah. Jika istri dirumah juga bukan berarti istri lebih
rendah dari pada suami. Suami dan istri keduanya adalah mitra, bagaimanapun
dasar kokohnya rumah tangga tergantung dari keduanya. Komitmen keduanya
menimbulkan konsekwensi tangungjawab dan peran masing-masing. Peran keduanya
dijalankan untuk mendukung satu sama lain, untuk menjaga keseimbangan.
Terkadang pilihan hidup seseorang diambil karena pengaruh dengan
latar belakang keluarga atau sosialnya.
Berbeda dengan teman ku yang bernama Ari, dia juga teman
kuliahku, Ali dan Ari sama-sama teman kuliahku. Kami bertiga lumayan sering
untuk sekedar bercakap-cakap untuk sesuatu hal yang muungkin diangap orang lain
tak perlu. Ari si penurut, apapun perkataan dan permintaan ibunya dia tak bisa
membantahnya, sangat penurut, termasuk kriteria calon istri, pun ibunya yang
menetapkan kriterianya, wlaupun dia juga punya patokan sendiri sebenarnya. Ari 4 tahun lebih tua dari aku. Dia percaya bahwa
ibunya ikut menentukan calonnya nanti karena hanya ingin yang terbaik untuknya.
“setiap orang berhak hidup dengan pilihan pilihannya” jawabku!. Ari sebenarnya
sudah ingin menikah, tapi aku gak pernah tau, kenapa setiap wanita yang
disodorkan ke dia selalu tak pernah direspon sunguh-sungguh, mungkin Ari minder
karena belum mendapatkan pekerjaan mapan untuk calon istrinya. Bahkan Ari
pernah bercerita kalau dirinya menahan hasrat untuk tidak memiliki cewek
sebelum mendapat kerja yang sekiranya mapan menurutnya, terlalu jujur mungkin dia hahaha.
Mereka adalah teman-temanku yang cukup terbuka denganku, yang tak bisa mereka ceritakan dengan orang lain mungkin mereka bisa ceritakan denganku.
Mereka adalah teman-temanku yang cukup terbuka denganku, yang tak bisa mereka ceritakan dengan orang lain mungkin mereka bisa ceritakan denganku.
Yang menjadi pegangan bersama adalah semua adalah pilihan
dan komitmen bersama!.
Teman-teman kuliahku
memang didominasi kaum adam, jadi tak heranlah jika Ali dan Ari kadang
menceritakan masalah kegundahannya, wlaupun kadang aku juga hanya bisa menjadi
pendengar yang baik, tanpa komentar, karena aku masih jomblo juga gaess....
Umar dalam bukunya yang berjudul Argumen Kesetaraan Gender
mengatakan, Islam mewajibkan laki-laki sebagai suami untuk memenuhi kebutuhan
isteri dan anak-anaknya. Tetapi ini bukan berarti perempuan sebagai isteri
tidak berkewajiban – secara moral – membantu suaminya mencari nafkah. Atas
dasar keistimewaan kodrati masing-masing pula, maka perempuan diberi
tangungjawab untuk mendidik anak-anaknya, tetapi perlu digaris bawahi juga
mendidik anak bukan tugas ibu semata, tetapi juga ayah.
Perempuan memang punya kodrat yang tak akan pernah bisa
dipisahkan seperti menstruasi, mengandung, melahirkan, menyusui. Kodrat
perempuan ini adalah fitrah. Dengan kodrat inilah kadang seorang perempuan
diangap lemah yang harus mendapat perlindungan dari lawan jenisnya.
Dalam islam memang tidak merinci pembagian kerja antara
laki-laki dan perempuan. Islam hanya menetapkan tugas-tugas pokok masing-masing
berdasarkan kesejajaran dan partnersip atau kemitraan atas dasar musyawarah dan
toloong menolong. Ketiadaan pembagian kerja yang rinci dalam islam mengharuskan
setiap pasangan untuk menyesuaikan diri untuk masing-masing kondisi keluarga.
Tidaklah aib atau terlarang dalam pandangan islam jika perempuan melakukan
pekerjaan mencari nafkah, dan tidaklah aib pula jika lelaki membantu istrinya
dalam urusan rumah tangga.
Islam mengajarkan prinsip kesetaraan dan keadilan sosial,
antara lain persamaan kedudukan laki-laki dan perempuan sebagai hamba Alloh.
Laki-laki dan perempuan diciptakan dari bahan yang sama (Qs An-Nisa ayat 1).
Memiliki hak yang sama untuk berbuat kebaikan (Al-Imran ayat 195). Tuhan
menganugerahkan keistimewaan keistimewaan (potensi prestasi) yang sama pada
laki-laki dan perempuan (An-Nisa ayat 32). Tuhan juga akan mengapresiasikan
baik laik-laki maupun perempuan atas amal baiknya itu (Al Baqoroh ayat 159).
Manusia laki-laki maupun perempuan memiliki derajat hamba yang sama dihadapan
Tuhan (Al ‘Ariyat ayat 56).
Apapun itu pilihannya, yang paling baik adalah komitmen bersama. semua punya peran dan tangungjawab masing masing.
ini hanya sebatas coretan harian saja.
Apapun itu pilihannya, yang paling baik adalah komitmen bersama. semua punya peran dan tangungjawab masing masing.
ini hanya sebatas coretan harian saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar