Minggu, 28 Februari 2016

Biarkan Masa Depan Datang Sendiri



(Telah Pasti datangnya ketetapan Allah,  maka janganlah kamu meminta agar disegerakan datangnya) Q.S. An-Nahl: 1).

Jangan pernah mendahului sesuatu yang belum terjadi! Apakah anda mau mengeluarkan kandungan sebelum waktunya dilahirkan, atau memetik buah-buahan sebelum masak? Hari esok adalah sesuatu yang belum nyata dan tak dapat diraba, belum terwujud, dan tidak memiliki rasa dan warna. Jika demikian mengapa kita harus menyibukkan diri dengan hari esok dengan mencemaskan kesialan-kesialan yang mungkin akan terjadi padanya, memikirkan kejadian-kejadian yang akan menimpanya, dan meramalkan bencana-bencana yang ada didalamnya? Bukankan kita tidak tahu akan bertemu dengannya atau tidak, dan apakah hari esok itu akan berwujud  kesenangan atau kesedihan?

Yang jelas hari esok masih ada dalam alam ghaib dan belum turun kebumi. Maka tidak sepantasnya kita menyebrangi sebuah jembatan sebelum sampai diatasnnya. Sebab, siapa yang tahu bahwa kita akan sampai atau tidak pada jembatan itu. Bisa jadi kita akan berhenti jalan kita sebelum sampai kejembatan itu, atau mungkin jembatan itu hanyut terbawa arus terlebh dahulu sebelum kita sampai diatasnya. Dan bisa jadi pula, kita akan sampai pada jembatan itu dan kemudian menyebranginya.

Biarkan hari esok itu datang dengan sendirinya. Jangan pernah mengandaikan dan mencemaskannya dan tanya kabar beritanya, dan jangan pernah pula menanti serangan petakanya. Sebab, hari ini sudah sangat sibuk.

Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. masing masing beredar pada garis edarnya (Q.S. 36: 1)

Rabu, 19 Agustus 2015

Aku Waktu Itu...


Entah masih butuh waktu berapa lama aku bisa seperti senior senior itu, senior yang dengan kemampuan, bahasa tubuh dan raut mukanya memang sudah di design pas sebagai dosen. aku diantara mereka seperti kecil.
menjalankan peranku seperti meniti sebuah proses, posisiku masih ada pada anak tangga pertama, sedangkan senior itu sudah ada di tangga entah 8, 9, atau 10. Tidak, aku tak minder, hanya saja aku ingin merefleksikan sebuah perjalanan ku, entah perjalanan yang akan terus lurus atau bahkan bisa berbelok, berbelok tentunya menginginkan jalan yang seterusnya lurus lagi.

terkadang pun aku bertanya, siapa yang menghantarkan ku sampai sini kalau bukan diriku sendiri, tentunya memang ada peran dari Tuhan yang tak pernah bisa ku sangkal, tapi sejak aku masuk kuliah karena akku bingung jawab setiap mau jadi apa kamu? aku selalu jawab "mengajar" dan sewaktu itu aku merasa tak punya kemampuan mengajar, apalagi berbicara lantang di forum publik, aktif bertanya saat mata kuliah berlangsung saja hampir tidak pernah, saat kuliah aku mahasiswa pasif dikelas, dan membeli buku hampir saja tidak pernah! membacapun sangatlah malas.
kecuali organisasi kampus, aku memang mengikuti beberapa organisasi dikampus, hanya untuk sekedar menghilangkan penat sejujurnya dan bisa menghabiskan waktu dari pagi sampai sore lagi untuk berada diluar kos-kosan. Ouuuccchhh......

saat kuliah pun aku lebih senang berada diluar kelas ketimbang duduk diam dan tenang mengikuti kuliah, aku lebih senang rewo-rewo dengan teman-teman, sampai akhirnya kelakuan-kelakuanku terbaca Ibuku, pesan Ibuku hanya singkat... "tujuan kamu kesemarang itu kuliah to nduk...." sambil Ibu berlalu keluar kamarku. itulah Ibuku jikalau memberi nasihat tak pernah panjang dan lebar, nada suara tinggi saja hampir tidak pernah, tapi nasihatnya selalu pelan tapi kedalam.... Mak Jleb!

yang paling aneh itu aku tak suka dengan jurusan kuliahku, kedengarannya memang aneh tapi lalu pasti muuncul pertanyaan "kalau tak suka kenapa kuliah jurusan Ilmu Pemerintahan?" sama sekali dulu aku tak pernah punya rencana mau kuliah di semarang, sama sekali TIDAK! tetiba bapakku telfon saat itu aku masih ada di Jawa Barat, bapakku bilang kalau masih ada waktu 1 hari untuk bisa daftar kuliah di UNDIP, lalu dengan santainya aku menjawab "yasudah bapak aja yang daftarin usi kuliah...." lalu aku bilang kalau "Akuntansi, Psikologi dan Administrasi Publik" adalah jurusan yang ingin aku masuki, dan bapakku mengiyakan.
dan entah mengapa bapakku salah memasukan kode administrasi publik salah jadi kode Ilmu Pemerintahan, aku pun malas untuk sekedar mengecek berkas data yang sudah didaftarkan bapakku, lalu saat akan berangkat ujian ke masuk universitas di semarang aku baru sadar kalau yang tertera di kartu ujian bukan jurusan Administrasi Publik tetapi Ilmu Pemerintahan, dengan bingung aku bertanya "ini apa, Ini jurusan apa ini?" kenapa bukan administrasi publik tapi ilmu pemerintahan??
yang jelas saat itu aku cuma berfikir untuk menghargai bapakku aku berangkat ujian.... dan benar saja aku dinyatakan lulus di jurusan ilmu pemerintahan. dalam hatiku pun bertanya apa yang akan aku pelajari??? sampai bapakku kembali menawarkan tetap mau ambil jurusan ilmu pemerintahan di undip atau mau daftar kuliah diuniversitas lain? aku langsung jawab aku mau kuliah ditempat lain, bapakku pun mengiyakan. lalu aku daftar salah satu universitas negeri dijogja, jurusan akuntansi ekonomi, sedihnya saat mau ujian aku sakit perut dan tak bisa ikut ujian...... well! dengan sangat gontai aku masuk kuliah jurusan Ilmu pemerintahan, dengan pikiran kosong.
saat selesai semester pertama pun bapakku kembali menawarkan, mau tetap kuliah di semarang atau pindah? entah kenapa saat itu aku berat sekali meningkalkan kawan-kawan yang ada di semarang, walaupun aku tak terlalu suka dengan jurusanku, dan saat itupun aku memutuskan lanjut walau tak tahu ujungnya akan seperti apa....

well, akhirnya aku lulus tahun 2011. aku juga tak pernah punya rencana mau lanjut kuliah lagi.... aku cuma punya pikiran setelah lulus aku mau kerja, dan hidup mandiri, sudah jenuh aku rasanya hidup nodong dari orang tua. rencanaku pun langsung terpatahkan oleh pernyataan bapakku yang tetiba "pendaftaran masuk kuliah S2 UGM bulan Desember dibuka" seketikapun aku menjawab "aku tak mau kuliah lagi aku mau kerja, bosan lah usi minta duit bapak terus...." bapakku pun menjawab " bapak kasih kesempatan 3 bulan, kalau selama 3 bulan belum juga dapat pekerjaan, kuliah kamu langsung" seketika pun aku menyetujui MOU antara aku dan bapakku. benar saja selama 3 bulan itu aku belum dapat pekerjaan.....
sesuai perjanjian akupun harus kuliah lagi, dengan meriah bapakku pun tertawa atas kekalahanku. hiks! aku pun menawar kembali aku gak mau kuliah di Jogja, aku mau disemarang! bapakkupun kembali mengultimatum lebih baik dijogja dari pada semarang.....
sampai akhirnya aku kuliah disemarang dengan jurusan lanjutan ilmu pemerintahan yaitu Magister ilmu Politik, rasanya sudah malas aku kuliah, tapi bagaimanapun aku harus bertangungjawab dengan kelakuan-kelakuanku....
sampai akhirnya aku berfikir mau jadi apa aku sampai kuliah S2 ini? seringkali pun orang-orang menafsirkan yang kuliah S2 pasti ingin jadi dosen, tapi aku tak seperti itu, sampai aku pun jika ditanya mau jadi apa kenapa mesti kuliah sampai S2? aku pun menjawab "dosen" walaupuna aku juga bingung, benarkah?? jawaban yang sebenarnya dusta tapi menjadi doa. hehehe

sekarang inilah saya, saya sungguh menjadi dosen disalah satu universitas dijakarta, dosen ilmu pemerintahan dan sangat bersyukur aku pun mengajar administrasi Publik, jurusan yang aku inginkan saat aku mau kuliah S1 dulu.
saat aku menjadi dosen pun, aku temui beberapa mahasiswa yang masih bimbang dengan jurusan yang mereka masuki, *sangat merefleksikan aku saat kuliah dulu....

aku, kamu pun tak akan pernah tau jalan apa kedepan, bisa saja keinginan-keinginan kita terwujud setelah nanti, saat kita sudah lupa keinginan-keinginan dahulu yang  benar benar kita diinginkan.keinginan itu bisa saja terwujud setelah lupa apa mau kita.
hanya perlu waktu dan bersyukur dengan keadaan kita sekarang..... :D

Bahak-bahak

Hahahahaha........
tetiba akupun terbahak-bahak seperti merasakan duniaku yang dulu. dunia itu tetiba datang dalam sekelebat pikiran, dan terkadang merasa pikiran ini lebih tenang, entah tenang sebab apa... sebab aku bisa terbahak bahak atau merasa mengulang kejadian dalam sekelebat pikiran.
Yup! dalam kurun waktu tertentu aku merasakan perubahan dalam diriku. ketika aku menyadari ada perubahan lalu saat aku mengulang sekelebat masalalu dalam pikiran itulah terkadang yang membuatku terbahak-bahak sendiri. lalu muncul pertanyaan "kenapa aku bisa seperti ini sekarang"?
ketika pertanyaan ini dijawab dengan jawaban "Takdir Tuhan" maka selesai semuanya!. tak perlu embel-embel dan bla bla bla serasa usaha itu tak begitu berharga. tentu aku tak begitu! bagaimanapun usaha, doa dan ikhtiar itu PENTING!
mungkin aku harus banyak-banyak ngucapin trimakasih baca: untuk beberapa temanku saat aku kuliah di MIP, kalau perlu datengin rumahnya lalu ketok pintu lalu  bilang "temenin aku makan yook" hahaha.

Kamis, 23 April 2015

Kebebasan Duniaku




Duniaku adalah istilah tempat perjalananku, tetapi bukan berarti hanya perjalananku. Duniaku bukanlah istilah hanya perjalanan hidupku, hidupku adalah akibat interaksi dengan mereka. Mereka yang berpengaruh dalam hidupku atau hanya mereka yang sekedarnya .

Duniaku juga berarti adalah kebebasan, kebebasan adalah hak. Kebebasan hidup adalah milik kita tapi akan tetap ada mereka yang mengeilingi kebebasan kita. Kebebasan bukan berti “semau ku”, akan tetap ada aturan main dalam kebebasan. Terkadang kita juga harus belajar menyesuaikan dengan kebebasan mereka. Kebebasan ada untuk menyelaraskan kehidupan untuk tujuan bersama.

Tidak ada kebebasan mutlak! Duniamu tak selalu menjadi apa yang kau mau. Terkadang merasa tersesat degan kebebasan yang dimiliki sendiri. Kebebasan tidak bisa memelihara dirinya sendiri, kepada kita Tuhan mempercayakan tangung jawab memelihara, memajukan dan menyempurnakan kebebasan.

Duniaku bukan hanya duniaku, akan tetap ada mereka yang selalu menjadi pertimbangan dan berpengaruh dalam duniaku. Begitupun kebebasanmu, kebebasanmu juga milik mereka yang saling berpengaruh terhadapmu dan mereka. Kebebasan Duniaku juga tempat tinggal dan tempat bermainku bersama mereka. Duniaku tidak sendiri. Kebebasan dan duniaku adalah integrasi bersama kebebasan dan dunia mereka.

Kebebasan itu milik kita bersama menuju keselarasan bersama, bukan kebebasan “semauku”, “semauku” tetap ada selama tidak bertentangan dengan “semau Dia”, hanya mencoba menselaraskan kebebasan untuk tidak menyesatkan kebebasan.

Kebebasan sendiri adalah anti konflik tapi bisa juga pemicu konflik. Sepertinya diri sendiri pun harus berhati-hati dengan kebebasan yang dimiliki sendiri. Diri kita sendiri adalah pengatur kebebasan yang dimiliki. Keselarasan memang tak bisa dipaksakan. Tetaplah dirinya sendiri yang mampu mengatur dirinya, meskipun tetap diperlukan dukungan mereka yang berpengaruh disekelilingnya untuk membentuk kebebasan di dunia bersama.

Tiap tiap individu merupakan hasil keseluruhan yang khas dan sempurna dari "mereka" (baca: keluarga) dan lingkungan yang berpengaruh, yang menjadi bagian keseluruhan kemudian mendapatkan hidup dan diakui keberadaannya.

Rabu, 19 November 2014

Coretan Harian



Bosan dengan rutinitas! Saat ini pula aku mulai terpikir dengan mereka yang berkomitmen setulus hati dengan ikhlas menjalankan rutinitas tanpa rasa mengeluh, bahkan mereka menjalankan rutinitas kesehariaanya dengan biasa saja, mereka adalah Ibu Rumah Tangga. Pernahkah membayangkan anda sebagai ibu rumah tangga, atau hanya sekedar mengantikan perannya sementara? IRT profesi yang oleh sebagian orang dianggap remeh, remeh karena hanya dirumah bergelut dengan kasur, sumur dan dapur. Tapi pernahkah anda mencoba bertukar posisi dengan para IRT itu? Karena belum pernah mencoba makanya sebagian orang mermehkan tugas IRT. Jika anda belum pernah bertukar posisi dengan mereka, jangan pernah remehkan mereka! Bagi saya peran IRT adalah sebuah profesi yang hebat! Sungguh hebat!.
Rutinitas IRT memang sunguh membosankan, rutinitas mereka beberapa tahun hanya seperti itu, mulai bangun pagi sampai tidur kembali sama dengan hari-hari yang dilaluinya. Tetapi mereka tak mengeluh dengan komitmen itu! Luar biasa bukan! Kerena mereka sudah berkomitmen berbagi peran dengan suaminya. Suaminya yang lebih mempercayakan tugas domestik rumah tangga dipegang partnernya, yaitu istrinya.
Para Ibu Rumah Tangga patut mendapat pujian.
Ada juga suami yang mengharuskan istrinya untuk ikut bekerja diluar. Ingat semua itu adalah pilihan dan komitmen bersama!. Pernyataan ini mengingatkan saya pada obrolan antara saya dan teman diteras depan rumah setahun lalu. Teman saya ini bernama Ali, Ali adalah seorang yang sangat produktif terhadap waktu waktunya, dia seorang yang mudah menyesal jika waktunya dibiarkan kosong tanpa manfaat, dia mendambakan jika punya istri kelak, istrinya bisa berkarir di luar rumah seperti dirinya.  “Kenapa”? tanyaku, angapan teman saya ketika seorang istri hanya berprofesi sebagi ibu rumah tangga lama kelamaan pikirannya pikun dan tidak lagi produktif, karena hanya melakukan pekerjaan rutinitas. Dia juga menginginkan karir pasangannya kelak juga  dapat bersanding dengan karirnya. Dan Ali pun sekarang sudah menikah dengan teman seprofesinya.
Sementara itu ada juga suami yang tak memperbolehkan partnernya untuk ikut terlibat dalam mencari nafkah. Mungkin itu adalah caranya untuk menghormati istrinya. Kodrat seorang perempuan memang tak dapat dipisahkan dari relalitas sosial. Atas dasar kodrati itulah ada sebaian yang lebih meminta istrinya untuk dirumah. Jika istri dirumah juga bukan berarti istri lebih rendah dari pada suami. Suami dan istri keduanya adalah mitra, bagaimanapun dasar kokohnya rumah tangga tergantung dari keduanya. Komitmen keduanya menimbulkan konsekwensi tangungjawab dan peran masing-masing. Peran keduanya dijalankan untuk mendukung satu sama lain, untuk menjaga keseimbangan. 
Terkadang pilihan hidup seseorang diambil karena pengaruh dengan latar belakang keluarga atau sosialnya. 

Berbeda dengan teman ku yang bernama Ari, dia juga teman kuliahku, Ali dan Ari sama-sama teman kuliahku. Kami bertiga lumayan sering untuk sekedar bercakap-cakap untuk sesuatu hal yang muungkin diangap orang lain tak perlu. Ari si penurut, apapun perkataan dan permintaan ibunya dia tak bisa membantahnya, sangat penurut, termasuk kriteria calon istri, pun ibunya yang menetapkan kriterianya, wlaupun dia juga punya patokan sendiri sebenarnya. Ari  4 tahun lebih tua dari aku. Dia percaya bahwa ibunya ikut menentukan calonnya nanti karena hanya ingin yang terbaik untuknya. “setiap orang berhak hidup dengan pilihan pilihannya” jawabku!. Ari sebenarnya sudah ingin menikah, tapi aku gak pernah tau, kenapa setiap wanita yang disodorkan ke dia selalu tak pernah direspon sunguh-sungguh, mungkin Ari minder karena belum mendapatkan pekerjaan mapan untuk calon istrinya. Bahkan Ari pernah bercerita kalau dirinya menahan hasrat untuk tidak memiliki cewek sebelum mendapat kerja yang sekiranya mapan menurutnya, terlalu jujur mungkin dia hahaha.

Mereka adalah teman-temanku yang cukup terbuka denganku, yang tak bisa mereka ceritakan dengan orang lain mungkin mereka bisa ceritakan denganku.
Yang menjadi pegangan bersama adalah semua adalah pilihan dan komitmen bersama!.
Teman-teman kuliahku memang didominasi kaum adam, jadi tak heranlah jika Ali dan Ari kadang menceritakan masalah kegundahannya, wlaupun kadang aku juga hanya bisa menjadi pendengar yang baik, tanpa komentar, karena aku masih jomblo juga gaess....
Umar dalam bukunya yang berjudul Argumen Kesetaraan Gender mengatakan, Islam mewajibkan laki-laki sebagai suami untuk memenuhi kebutuhan isteri dan anak-anaknya. Tetapi ini bukan berarti perempuan sebagai isteri tidak berkewajiban – secara moral – membantu suaminya mencari nafkah. Atas dasar keistimewaan kodrati masing-masing pula, maka perempuan diberi tangungjawab untuk mendidik anak-anaknya, tetapi perlu digaris bawahi juga mendidik anak bukan tugas ibu semata, tetapi juga ayah.
Perempuan memang punya kodrat yang tak akan pernah bisa dipisahkan seperti menstruasi, mengandung, melahirkan, menyusui. Kodrat perempuan ini adalah fitrah. Dengan kodrat inilah kadang seorang perempuan diangap lemah yang harus mendapat perlindungan dari lawan jenisnya.
Dalam islam memang tidak merinci pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan. Islam hanya menetapkan tugas-tugas pokok masing-masing berdasarkan kesejajaran dan partnersip atau kemitraan atas dasar musyawarah dan toloong menolong. Ketiadaan pembagian kerja yang rinci dalam islam mengharuskan setiap pasangan untuk menyesuaikan diri untuk masing-masing kondisi keluarga. Tidaklah aib atau terlarang dalam pandangan islam jika perempuan melakukan pekerjaan mencari nafkah, dan tidaklah aib pula jika lelaki membantu istrinya dalam urusan rumah tangga.
Islam mengajarkan prinsip kesetaraan dan keadilan sosial, antara lain persamaan kedudukan laki-laki dan perempuan sebagai hamba Alloh. Laki-laki dan perempuan diciptakan dari bahan yang sama (Qs An-Nisa ayat 1). Memiliki hak yang sama untuk berbuat kebaikan (Al-Imran ayat 195). Tuhan menganugerahkan keistimewaan keistimewaan (potensi prestasi) yang sama pada laki-laki dan perempuan (An-Nisa ayat 32). Tuhan juga akan mengapresiasikan baik laik-laki maupun perempuan atas amal baiknya itu (Al Baqoroh ayat 159). Manusia laki-laki maupun perempuan memiliki derajat hamba yang sama dihadapan Tuhan (Al ‘Ariyat ayat 56).  
Apapun itu pilihannya, yang paling baik adalah komitmen bersama. semua punya peran dan tangungjawab masing masing.

ini hanya sebatas coretan harian saja.

Senin, 27 Oktober 2014

Bagian!.

Aku salah satu bagian populasi manusia lainnya. Aku makhluk sosial yang tak bisa hidup sendiri tanpa manusia lainnya. Walaupun terkadang ada kalanya individu ini membutuhka ruang yang lebih besar untuk dirinya sendiri tanpa kehadiran orang lain, tapi percayalah ruang itu tak benar benar untuk dirinya sendiri, hanya saja dirinya butuh bercengkrama dengan Tuhan. Kosong itu tak benar benar kosong, kekosongan itu jika dalam diri tak ada Tuhan.
Setiap pribadi itu unik, mereka punya cara masing masing untuk mengendalikan dirinya sendiri. Setiap mereka punya batasan supaya ambisinya tak terjun bebas menembus batas. Batasan dalam diri seseorang juga berbeda, satu tak sama dengan dua, tiga, begitu seterusnya, yang menandakan kehidupan ini beragam karena ada karakter yang beragam, yang menyamakan bawasannya kita makhluk sosial.
Kawan dan sahabat layaknya rumah sosial kita, setiap hari kita bercengkara dengan mereka, membutuhkan bantuan mereka, atau sekedar bertukar pikir dengan mereka. Keberadaannya tanpa kita sadari amatlah penting. Bahkan ada sebagian dari mereka bisa lebih terbuka dengan sahabatnya dibanding dengan keluarganya. Dengan sahabat teradang tak membatasi ekspresi. kalau isitilahnya kedekatannya meleburkan batas, istilah ungah-unguh mungkin sudah diabaikan, keterbukaan mereka sudah melebar. keterbukaan yang telah merekatkan. Namun ada sebagian yg engan dengan keterbukaan dan kejujuran, walaupun kadang engannya mereka hanya disebabkan karena dugaan dugaan mereka saja, dugaan yang muncul karena ketakutan yang belum tentu benar. Kedekatan akan ada jika hanya ada kejujuran dan keterbukaan. Layaknya seperti sahabat, bisa disebut sahabat karena mereka bisa terbuka satu sama lain.

Rabu, 01 Oktober 2014

Bincangan 10 menit

Jika susah menulis maka membacalah, karena menulis adalah obat lupa yang sebenarnya.Terkadang aku merasa egois terhadap diriku sendiri. Aku egois yang terkadang  sok sibuk dengan urusan-urusanku sendiri sampai lupa meluangkan waktu untuk membaca. Ada saja alasan, yang malaslah, capeklah dan sebagainya. Malas itu sudah membuktikan ketidaktarikanku terhadap bacaan. Aku sadar, aku masih sangat jauh dari pengetahuan, aku butuh ilmu dalam menghadapi segala urusan. Memang benar ilmu tidak hanya didapat dari buku saja, tegapi ada ilmu dan pengetahuan yang benar benar hidup. Ilmu hidup menurutku adalah ilmu hasil dari interaksi dan kehidupan sosial.
Ternyata banyak hal keseharian yang kadang perlu kita ambil hikmahnya, entah kejadian yang kita alami sendiri atau yang dialami orang lain, dan kita belajar dari orang lain. Hanya saja terkadang kita kurang "ngeh" dan terlalu acuh dengan apa yang terjadi jika sesiatu hal tersebut tidak ada kaitannya dengan diri kita sendiri. Acuh tak acuh melumpuhkan kepeduliaan dan kepekaan terhadap situasi. Gengsi pun terkadang menyelinap menutupi kepedulian.
Tuhan mempunyai rencana untuk kita masing-masing, Aku bertemu kamu, dia, mereka juga bukan tanpa rencanaNya. Beberapa hari yang lalu aku bertemu saudaraku secara tidaknsengaja, kita juga sangat jarang malah hampir tidak pernah berbincang ataupun sekedar mengirim pesan melalui ponsel. penampilannya yang lugu dan rendah hati membuat sosoknya dikenal baik, sikap jujurnya membuat semua orang mudah percaya. Hampir semua impian saudaraku dengan usaha dan doanya mudah diraihnya. kiatnya bekerja ikhlas, kerja cerdas begitu katanya. Doa alfatikhah pun menjadi andalannya, mungkin karena lugu dan rendah hatinya, dan Kepercayaannya terhadap Sang Pencipta membuat doa-doanya mulus naik ke atas langit. Mungkin benar apa kata Ustad sewaktu kultum kemarin, berdoa itu berharap, bekerja juga layaknya berdoa, bekerja juga ibadah, maka bekerjalah dan berdoa sebaik baiknya. Tuhan itu sesuai dengan prasangka kita, maka berprasangkalah yang baik, segala sesuatu Mudah Bagi Tuhanku.
Apa itu ikhlas? kalau kata temanku zizi ikhlas itu abstrak, mungkin maksudnya karena tak ada patokan mengenai teori tentang ikhlas. Ada yang bilang ikhlas itu menerima, ikhlas itu ketika kamu sudah lupa terhadap kejadian yg menimpamu dan bla bla bla. Kalau menurutku ikhlas itu hati, hatilah yang dapat mengelola segala sesuatunya.hehe
Ikhlas dan sabar keduanya selalu berjalan seiring. Sabar dan ikhlas itu ilmu tinggi, belajarnya tiap hari, ujiannya juga tiap hari buat dapat gelar sabar dan ikhlas. Well, bagi saudaraku itu segala sesuatunya tidak pernah diangapnya berat, asalkan ikhlas semuanya mudah, itu mungkin pedomannya. Dia lebih bijaksana dalam memandang dan menjalani hidup ternyata.
Sabar dan ikhlas terkadang memang pahit tetapi hasilnya insyaAllah akan lebih manis dari pada madu.

sambil berajak pergi, saudarku tiba-tiba melontarkan pertanyaan "kapan lo nikah?" kali ini aku yang harus ngelus dada, sambil nelen ludah dan teriak sabaarrr.... spontan dia cekikikan 'muka tanpa dosa' sambil melambaikan tangan dan pamitan.
Satu pertanyaan itu mungkin ujian buat kaum jomblo, apalagi yang tingal didesa yang masih menjunjung tinggi cultural dan adat ketimuran. So, jangan terlalu dipikir, Allah itu lebih tau yang kita butuhkan, Percaya saja sama Allah Tuhanku, insyaAllah.