Rabu, 19 November 2014

Coretan Harian



Bosan dengan rutinitas! Saat ini pula aku mulai terpikir dengan mereka yang berkomitmen setulus hati dengan ikhlas menjalankan rutinitas tanpa rasa mengeluh, bahkan mereka menjalankan rutinitas kesehariaanya dengan biasa saja, mereka adalah Ibu Rumah Tangga. Pernahkah membayangkan anda sebagai ibu rumah tangga, atau hanya sekedar mengantikan perannya sementara? IRT profesi yang oleh sebagian orang dianggap remeh, remeh karena hanya dirumah bergelut dengan kasur, sumur dan dapur. Tapi pernahkah anda mencoba bertukar posisi dengan para IRT itu? Karena belum pernah mencoba makanya sebagian orang mermehkan tugas IRT. Jika anda belum pernah bertukar posisi dengan mereka, jangan pernah remehkan mereka! Bagi saya peran IRT adalah sebuah profesi yang hebat! Sungguh hebat!.
Rutinitas IRT memang sunguh membosankan, rutinitas mereka beberapa tahun hanya seperti itu, mulai bangun pagi sampai tidur kembali sama dengan hari-hari yang dilaluinya. Tetapi mereka tak mengeluh dengan komitmen itu! Luar biasa bukan! Kerena mereka sudah berkomitmen berbagi peran dengan suaminya. Suaminya yang lebih mempercayakan tugas domestik rumah tangga dipegang partnernya, yaitu istrinya.
Para Ibu Rumah Tangga patut mendapat pujian.
Ada juga suami yang mengharuskan istrinya untuk ikut bekerja diluar. Ingat semua itu adalah pilihan dan komitmen bersama!. Pernyataan ini mengingatkan saya pada obrolan antara saya dan teman diteras depan rumah setahun lalu. Teman saya ini bernama Ali, Ali adalah seorang yang sangat produktif terhadap waktu waktunya, dia seorang yang mudah menyesal jika waktunya dibiarkan kosong tanpa manfaat, dia mendambakan jika punya istri kelak, istrinya bisa berkarir di luar rumah seperti dirinya.  “Kenapa”? tanyaku, angapan teman saya ketika seorang istri hanya berprofesi sebagi ibu rumah tangga lama kelamaan pikirannya pikun dan tidak lagi produktif, karena hanya melakukan pekerjaan rutinitas. Dia juga menginginkan karir pasangannya kelak juga  dapat bersanding dengan karirnya. Dan Ali pun sekarang sudah menikah dengan teman seprofesinya.
Sementara itu ada juga suami yang tak memperbolehkan partnernya untuk ikut terlibat dalam mencari nafkah. Mungkin itu adalah caranya untuk menghormati istrinya. Kodrat seorang perempuan memang tak dapat dipisahkan dari relalitas sosial. Atas dasar kodrati itulah ada sebaian yang lebih meminta istrinya untuk dirumah. Jika istri dirumah juga bukan berarti istri lebih rendah dari pada suami. Suami dan istri keduanya adalah mitra, bagaimanapun dasar kokohnya rumah tangga tergantung dari keduanya. Komitmen keduanya menimbulkan konsekwensi tangungjawab dan peran masing-masing. Peran keduanya dijalankan untuk mendukung satu sama lain, untuk menjaga keseimbangan. 
Terkadang pilihan hidup seseorang diambil karena pengaruh dengan latar belakang keluarga atau sosialnya. 

Berbeda dengan teman ku yang bernama Ari, dia juga teman kuliahku, Ali dan Ari sama-sama teman kuliahku. Kami bertiga lumayan sering untuk sekedar bercakap-cakap untuk sesuatu hal yang muungkin diangap orang lain tak perlu. Ari si penurut, apapun perkataan dan permintaan ibunya dia tak bisa membantahnya, sangat penurut, termasuk kriteria calon istri, pun ibunya yang menetapkan kriterianya, wlaupun dia juga punya patokan sendiri sebenarnya. Ari  4 tahun lebih tua dari aku. Dia percaya bahwa ibunya ikut menentukan calonnya nanti karena hanya ingin yang terbaik untuknya. “setiap orang berhak hidup dengan pilihan pilihannya” jawabku!. Ari sebenarnya sudah ingin menikah, tapi aku gak pernah tau, kenapa setiap wanita yang disodorkan ke dia selalu tak pernah direspon sunguh-sungguh, mungkin Ari minder karena belum mendapatkan pekerjaan mapan untuk calon istrinya. Bahkan Ari pernah bercerita kalau dirinya menahan hasrat untuk tidak memiliki cewek sebelum mendapat kerja yang sekiranya mapan menurutnya, terlalu jujur mungkin dia hahaha.

Mereka adalah teman-temanku yang cukup terbuka denganku, yang tak bisa mereka ceritakan dengan orang lain mungkin mereka bisa ceritakan denganku.
Yang menjadi pegangan bersama adalah semua adalah pilihan dan komitmen bersama!.
Teman-teman kuliahku memang didominasi kaum adam, jadi tak heranlah jika Ali dan Ari kadang menceritakan masalah kegundahannya, wlaupun kadang aku juga hanya bisa menjadi pendengar yang baik, tanpa komentar, karena aku masih jomblo juga gaess....
Umar dalam bukunya yang berjudul Argumen Kesetaraan Gender mengatakan, Islam mewajibkan laki-laki sebagai suami untuk memenuhi kebutuhan isteri dan anak-anaknya. Tetapi ini bukan berarti perempuan sebagai isteri tidak berkewajiban – secara moral – membantu suaminya mencari nafkah. Atas dasar keistimewaan kodrati masing-masing pula, maka perempuan diberi tangungjawab untuk mendidik anak-anaknya, tetapi perlu digaris bawahi juga mendidik anak bukan tugas ibu semata, tetapi juga ayah.
Perempuan memang punya kodrat yang tak akan pernah bisa dipisahkan seperti menstruasi, mengandung, melahirkan, menyusui. Kodrat perempuan ini adalah fitrah. Dengan kodrat inilah kadang seorang perempuan diangap lemah yang harus mendapat perlindungan dari lawan jenisnya.
Dalam islam memang tidak merinci pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan. Islam hanya menetapkan tugas-tugas pokok masing-masing berdasarkan kesejajaran dan partnersip atau kemitraan atas dasar musyawarah dan toloong menolong. Ketiadaan pembagian kerja yang rinci dalam islam mengharuskan setiap pasangan untuk menyesuaikan diri untuk masing-masing kondisi keluarga. Tidaklah aib atau terlarang dalam pandangan islam jika perempuan melakukan pekerjaan mencari nafkah, dan tidaklah aib pula jika lelaki membantu istrinya dalam urusan rumah tangga.
Islam mengajarkan prinsip kesetaraan dan keadilan sosial, antara lain persamaan kedudukan laki-laki dan perempuan sebagai hamba Alloh. Laki-laki dan perempuan diciptakan dari bahan yang sama (Qs An-Nisa ayat 1). Memiliki hak yang sama untuk berbuat kebaikan (Al-Imran ayat 195). Tuhan menganugerahkan keistimewaan keistimewaan (potensi prestasi) yang sama pada laki-laki dan perempuan (An-Nisa ayat 32). Tuhan juga akan mengapresiasikan baik laik-laki maupun perempuan atas amal baiknya itu (Al Baqoroh ayat 159). Manusia laki-laki maupun perempuan memiliki derajat hamba yang sama dihadapan Tuhan (Al ‘Ariyat ayat 56).  
Apapun itu pilihannya, yang paling baik adalah komitmen bersama. semua punya peran dan tangungjawab masing masing.

ini hanya sebatas coretan harian saja.