Rabu, 16 April 2014

Ngelmu "Sekolah Ibadah"



Ngelmu “Sekolah Ibadah” ?? 
 “sekolah ibadah” kalo kata temen-temenku ya, menikah! Kapan?
Ngelmu yuuk... biar gak salah ambil jurusan saat lanjut sekolah ibadah.
Kriteria seperti apa yang kamu inginkan? Pasti ada dong, apalagi untuk teman hidup.
Pernah Hasan bin Ali ditanya seseorang, katanya: “sesunguhnya saya mempunyai seorang anak gadis, dengan siapakah sebaiknya saya kawinkan menurut tuan?” Hasan menjawab “kawinkanlah dengan laki-laki yang bertakwa kepada Alloh, kalau laki-laki itu mencintai anakmu, ia akan memuliakan dan kalau tidak cinta pun takkan menganiaya dia” (Fiqih Wanita: 361).

Islam adalah agama yang memandang hidup ini secara keseluruhan, tidak terpisah-pisah, oleh karena itu islam menghendaki agar hubungan antara suami istri terjalin dengan kokoh. Seperti halnya  Islam tidak hanya mengajarkan Hablumminalloh (berhubungan dengan Allah SWT ), tetapi juga hablumminannas (berhubungan dengan manusia, karena bagaimanapun manusia tetap membutuhkan yang lainnya, perlu diingat manusia adalah makhluk sosial, tak bisa lepas dari yang lain).  Islam tidak hanya melihat seberapa rajin seseorang solat, tetapi juga bagaimana hubungan seseorang dengan sesamanya.

Telah bersabda Rosullullah saw. : Sesunguhnya orang perempuan itu dijadikan dari tulang rusuk, kamu tidak akan dapat meluruskannya dengan satu jalan. Maka jika kamu bersenang-senang dengan dia, sedang dia tetep bengkok. Dan jika engkau berusaha meluruskannya diapun patah...... dan jika kamu biarkan dia, diapun akan tetap bengkok, pimpinlah wanita itu dengan baik (tlaten ).  (HR Muslim: 1/ 625).

Keterangan:
Hadits diatas menerangkan sifat wanita itu bengkok seperti tulang rusuk yang harus diluruskan dengan perlahan-lahan supaya tidak patah. Kebengkokan wanita ini adalah menjurus kepada kemewahan dunia semata-mata. Ini terbukti dari perangai Hawa isteri Nabi Adam, istri Nabi Nuh dan Istri Nabi Luth. Jadi pendeknya, wanita sejak zaman dulu sampai zaman sekarang dan besok, dari antara mereka ada yang tetap bengkok dan bengkoknya dapat diluruskan sehingga menjadi ALMARATUSH SHOLIHAH (wanita yang soleh), seperti Hawa Isteri Nabi Adam. Subhanalloh.......  Dan ada juga yang sukar diluruskan sampai mati tetep seperti aslinya, yakni berkiblat kepada dunia yang pasti akan ditinggalkannya selama-lamanya. Ingat isteri Nabi Nuh dan Nabi Luth!!! Naudubilahimindzalik.

Kesimpulan:

  1. Hadits diatas merupakan sebuah pengingat untuk para Wanita itu sendiri agar menyadari pandangan hidup seperti yang Rosullulloh Saw terangkan dan berusaha melepas diri dari sifat kemewahan dunia. 
  2. Wanita dapat diluruskan pandangan hidupnya sedangkan kaum Adam/ laki-laki wajib melaksanakan pelaksanaan pesan Rosululloh Saw diatas, yaitu ISTAUSHUU BINNISA-I KHOIRON (kamu sekalian kaum pria wajib mengarahkan kepada para wanita ke arah kebaikan). 
  3. Wanita tidak berbeda dengan pria dalam hal dapat menjadi isi surga maupun neraka. Sebab Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan amal seseorang yang pria maupun wanita (QS. Ali Imran: 195; QS. Al Baqoroh: 25).


Jadi gak salah dong kalau kriterianya memilih yang bisa membimbing menuju RidhoNya, barokah dunia dan akhirat karena RidhoNya. Bersamanya hanya didunia tidaklah cukup. Hehe
Lalu bagaimana jika ada seorang pria tak yakin bisa membimbing wanita yang disukainya? Sedangkan wanita akan lebih memilih pria yang yakin bisa membimbingnya menuju RidhoNya. Permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan mengingat perintah Rosullullah Saw melalui hadits diatas sebagai pengingat untuk para Wanita itu sendiri agar menyadari pandangan hidup seperti yang Rosullulloh Saw terangkan dan berusaha melepas diri dari sifat kemewahan dunia. Dan Wanita dapat diluruskan pandangan hidupnya, sedangkan kaum Adam/ laki-laki wajib melaksanakan pesan Rosululloh Saw, yaitu ISTAUSHUU BINNISA-I KHOIRON (kamu sekalian kaum pria wajib mengarahkan kepada para wanita ke arah kebaikan). 
Mungin inilah inti dari berumah tangga saling bekerjasama menuju kebaikan bersama. Inti dari hidup ini adalah terus melakukan perbaikan. Tak ada menusia yang keseluruhan baik dan sempurna baiknya,  tetapi tetap ada kesempatan untuk menjadi lebih baik dan saling meningatkan satu sama lain untuk kebaikan bersama. Pada dasarnya wanita itu suka kalau ada yang perhatian mengingatkannya untuk menuju kepada hal yang lebih baik, wanita juga akan lebih memilih kepada pria yang yakin bisa membimbing  menuju RidhoNya. Tapi kalo si pria gak yakin bisa membimbing? Gimana si wanita bisa yakin terhadap si pria? Hehehe
Intinya adalah diantara keduanya harus saling memahami dan mengerti, jangan hanya ego sendiri yang dicari.
Kekurangan dan kelemahan manusia itu akan selalu ada, yang satu kurang dalam satu bidang tetapi yang satu punya kelebihan dalam bidang lain. Itulah namanya pelengkap, mengisi kekosongan.
Perlu adanya kesiapan dalam mengarungi rumah tangga terutama ilmu dan pengetahuan agama (tahu agama saja tidak cukup tetapi juga menjalankan perintah dan laranganNya, kalau sekedar menjalankan sendiri tanpa bisa mengarahkan dan membimbing, juga kurang lengkap), yah, itu tidak hanya berlaku untuk pria tetapi juga wanita, karena bagaimanapun pria dan wanita bisa bertukar peran, tidak hanya wanita saja yang “melulu” harus diarahkan, saat pria melakukan kesalahan, itu juga tugas wanita untuk menasehati.

Menurut Anshori Umar dalam Fiqih Wanita nikah atau perkawinan adalah sunatulloh pada hamba-hambaNya. Dengan perkawinan Allah SWT menghendaki agar mereke mengemudikan bahtera kehidupan.  
Kalau kata orang menikah itu ibarat mengemudikan kapal, yang satu ngedayung yang satu nunjukin arah, Berdua kan bisa gantian! Perahu yang akan membawa kisah tentang perjalanan hati, seperti layaknya hati yang selalu mengharap bahagia, hatiku pun seperti itu.....  kalau bahasanya sih “kadang ada kalanya bertukar peran” biar kapalnya sampai tujuan, gak salah arah apa lagi sampe nabrak batu karang, bisa-bisa tengelam itu kapal ditengah laut.
Kadang seorang pria juga tidak selamannya menjadi pengarah yang handal dalam sesuatu hal, dan wanita juga bukan seorang yang selalu ‘’bengkok’’ harus diarahkan oleh si pria. Diantara keduanya memang harus saling mengisi, yang satu lengah yang satu mengingatkan, posisi dan peran bisa bergantian berdua. Suatu saat nanti akan keluar ucapan ini “kan  sekarang udah berdua gak sendiri lagi”! xixixixi :D
Aamiin ya Robbalallamin

Senin, 07 April 2014

For Someone, Please read this!




Siapa yang dapat mengentikan atau sekedar membatasi imajiasi pikiran? Adakah? Bukankan dari imajinasi, pikiran kita bisa jauh melonglong ke alam rimba yang tak terduga.

 Janganlah menyesatkan diri ke alam pikiran yang terkotak-kotak, lihatlah tak selamanya apa yang ada dalam pikiranmu benar seutuhnya, jangan menyesatkan dirimu sendiri dengan pengetahuan yang terbatas. Lihatlah, lihatlah...... jangan batasi pandanganmu dengan sesuatu yang kaku, biarkan alam pikiranmu sedikit berkelana, bahwa dunia ini tak sekedar apa yang ada di benakmu.
Dengarlah apa yang mereka katakan, mendengar tak harus mengikuti apa yang mereka katakan, Dekatkanlah telingamu kepada mereka, biarkan telingamu terbiasa mendengar.Cernalah apa yang mereka katakan. Mencerna juga bukan berti langsung “act”, tetapi alangkah baiknya kau mengenal keberagaman.

Kau biarkan alam pikiranmu menjauhi yang tak seiring denganmu, kau hanya mau dengan mereka yang seiring denganmu, yang seiring denganmu juga belum tentu benar. Apa yang membuatmu menjauh dari yang lain? Karna kamu merasa kamu lebih benar dibanding yang lain.
Janganlah begitu..... siapa yang bisa menegurmu dengan alam pikiran kotak-kotakmu? Mereka yang searah denganmu atau justru mereka yang beda alam denganmu? Berteman dengan mereka yang berbeda bukan berti kamu harus seperti mereka, tapi kamu bisa melihat dunia ini bukan sekedar apa yang hidup dalam pikiranmu. Prinsipil bukan berarti kaku!.

Mengenal semua yang beraneka ragam juga bukan berarti tak punya batasan! Ukurlah talimu untuk sedikit bebas bergerak, jangan terlampau jauh kau mengulur tali sampai terjun bebas tak terkendali. Jika kau paham dirimu kau pasti bisa mengukur seberapa jauh kau harus mengulur talimu.



Kenal Diri Lewat Emosi



Kapan ya aku mulai menyukai sastra? Aku menyesal kenapa baru tertarik sastra, entah siapa pula yang mengenalkannya. 

Lewat sastra aku rasanya lebih tau bagaimana caraku untuk mengelola emosiku, lebih tau bagaimana mengungkapkan isi hati dan pikiranku walaupun tidak secara lisan tetapi lewat tulisan, walaupun tulisanku tak kusampaikan setidaknya bisa aku tuliskan, mengungkapkan dan bisa mengekspresikan lewat tulisan itu cukup menenangkan.....

Terserah mau dibilang melo atau gimana, tapi setiap orang punya caranya sendiri. 

Kenali dirimu maka kau akan tau bagaimana cara mengelola emosimu, itu salah satu yang aku sadari. Rasa sedih, senang, sedih, bahagia, kecewa, marah, menangis itu adalah bagian emosi-emosi jiwa. Semampu apa seseorang mengelola emosi-emosi jiwa ini, setinggi itu pula sikap mental yang dimiliki. 

Siapa sih yang belum pernah meresa kecewa? Apa kekecewaan harus dilapiasin? Kurang setuju juga sih kalo pelampiasan kecewa ditujukan kepada “siapa” bukan bagaimana cara mengatasi kekecewaan. Siapa yang mau jadi objek pelampiasan kekecewaan?.  Artinya, saya sendiri lebih setuju mengatasi kekecewaan dengan meningkatkan kualitas diri dibanding marah-marah, bersenang-senang sesaat yang dirasa juga sesaat. Walaupun saya masih dalam tahap berusaha untuk ramah terhadap emosi-emosi yang terkadang hinggap. 

Suatukali saya merasakan ada perbedaan positif yang berdampak lebih baik untuk diriku sendiri, ketika emosi-emosi itu hinggap aku berusaha diam dan melampiaskan dengan menbaca Ayat-AyatNya, atau sekedar membaca novelnya Ayu Utami, Dewi Lestari dsb, buku-buku nasihat diri seperti karya Ibnu Athoilah atau kadang membaca buku motivasi  atau sekedar menulis. Dengan cara itu  aku merasa pikiranku lebih tenang, kekesalanku cepat pudar dan aktifitasku bisa kembali normal. Energi-energi Ayat-Ayat Tuhanku seperti memberi kekuatan baru buat aku, begitu juga dengan nasihat lewat buku-buku itu. Dengan membaca atau menullis aku merasa ada “sesuatu yang baru itu ada” yang bisa aku dapat dan bermanfaat untuk diriku sendiri, walaupun yang aku dapat bukan sesuatu berwujud benda atau harta tetapi energi yang baru, yang dapat menguatkanku, dan menyadarkanku, bawasanya ada hal positif yang bisa aku lakukan tidak harus marah-marah. Dengan begitu emosiku terlampiaskan! Lega sudah..........  

Benar sekali dengn membaca dan menulis tentang apapun yang aku rasakan, roh ku yang kosong terasa kembali, benar sekali nasihat Beliau..... isi jiwa rohmu jangan hanya ragamu.
Rohku terkadang haus juga dengan hal-hal positif yang dapat meningkatkan kualitas diri. Dengan cara meningkatkan kualitas diri itulah pelampiasanku untuk mengelola emosi-emosi jiwa ini, ingin menjadi lebih baik lagi dan lagi. Hidup ini adalah pembelajaran dan terus belajar....  jangan menunggu menjadi baik baru memberi yang terbaik, karna hidup ini adalah tentang pembelajaran yang tak terhenti, ketika ada kesempatan memberi yang terbaik, berilah..... karena memberi slah satu usaha menjadi lebih baik. Manusia yang baik adalah yang bermanfaat untuk orang lain. :D
Jangan hanya ingin menjadi manusia yang slalu mendapat manfaat dari orang lain, jadilah manusia yang bermanfaat untuk orang lain.

Moment Maret 2014



Selamat tinggal Maret........ bulan yang hanya aku jumpai sekali dalam tahun ini. Waktu kedepan aku tak akan berjumpa dengan Maret 2014. Di bulan Maret ini ada sesuatu yang tak lazim aku lakukan dibulan-bulan sebelumnya.  Sebut saja yang pertama kali. Aku kira itu awal bahagia tpi rencanaku ternya tak sama dengan rencana Tuhanku. Aku percaya Tuhan punya maksud lain, yang lebih indah dan lebih baik dari yang aku kira. Manusia hanya bisa berusaha dan Tuhanlah yang menentukan sisanya..... kayaknya aku lebih senang dengan kalimat itu sekarang.  Kalau Kata Gie “kita tak pernah menanam apa-apa, kita tak pernah kehilangan apa-apa”.
Tapi itu semua udah berlalu dan lewat................. dan tujuanku berbelok ke arah semula. hehe

Hidup, apa sih hidup ini? Yang jelas sih bernafas ya? Iya kan!
 Siapa dirimu, apa yang kau mau, dan apa tujuanmu?
Aku bukan siapa-siapa, mungkin gak berpengaruh juga buat kamu, kalian pun belum tentu berpengaruh buat hidupku. Tapi aku diberi akal pikiran untuk memikirkan apa yang aku mau, apa yang harus aku lakukan untuk mencapai apa yang aku mau. Beberapa hari yang lalu alhamdulillah akhirnya aku dinyatakan lulus juga, lulus kuliah, dapat ijasah bukanlah senjata ampuh satu-satunya untuk mewujudkan apa yang kita mau setelah ini. 

Keinginanku saat ini ingin mengajar, entah mengajar dimana aja, tapi aku ingin mengajar! aku ingin mengaplikasikan ilmuku  dan Aku ingin ilmuku bermanfaat untuk orang lain. Sejak dulu aku sudah ingin mengajar, sebelum masuk kuliah pun keinginanku mengajar, dan ini tidak ada kaitanya dengan orangtuaku yang menjadi pengajar. Orangtuaku memberi kebebasan untuk memilih apa yang aku mau, “asal konsisten dan tangungjawab terhadap pilihanmu!”, begitu kata Beliau.......

Step by step, langkah demi langkah akan aku tapaki untuk mencapai impianku. Aku sadar betul, manusia hanya berencana sisanya biarkan Alloh SWT yang mengaturnya. Bukan berarti pasrah, pengertian pasrah pun bukan tanpa usaha, mengupayakan dan mengusahakan apa yang kita mau itu harus, tetapi hasil akhir tetap Alloh yang menentukan. 

Tetapi aku percaya Alloh SWT akan memberiku yang terbaik, terbaik untukku dan keluargaku.
Terkadang yang kita butuhkan itu hanyalah waktu, tetapi kadang sifat ketidaksabaran dan ketergesa-gesa, seolah-olah hidup ini suram. Dari pada berfikir yang belum tentu terjadi lebih baik melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk diri, karena apa yang kita pikirkan itu sangat berpengaruh dengan tindakan kita, kalo apa yang kita pikirkan positif tentunya tindakan kita juga positif bukan.... dan sebaliiknya. Ada yang bilang juga kalo apa yang kita pikirkan itu adalah silent prayer atau doa kecil yang bisa terjadi, hayo...... maka dari itu berfikirlah positif, supaya apa yang kita pikirkan benar-benar terjadi. Aamiin

Pikiran itu sugesti, sugesti pada diri sendiri. Sugestikan dirimu sendiri dengan menjadi lebih baik, optimis dan berhasil dalam mewujudkan impianmu.
Dan jangan mematikan harapan! Sekecil apapun itu harapan, tetetap ada kesempatan, InsyAlloh